Rabu, 05 Januari 2011

KUMPULAN RUMUS MATEMATIKA UNTUK SMP
SESUAI DENGAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN
UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2009/2010
SKL Nomor 1 : Menggunakan konsep operasi hitung dan sifat-sifat bilangan, perbandingan,
aritmetika sosial, barisan bilangan, serta penggunaannya dalam pemecahan masalah.
1. Operasi tambah, kurang, kali dan bagi pada bilangan bulat
Contoh =
2 + 3 = 5 2 + (-3) = -1 -2 + 3 = 1 -2 + (-3) = - 5
2 – 3 = -1 2 - (-3) = 5 -2 – 3 = -5 -2 - (-3) = 1
2 x 3 = 6 2 x (-3) = -6 -2 x 3 = -6 -2 x (-3) = 6
6 : 2 = 3 6 : (-2) = -3 -6 : 2 = -3 -6 : (-2) = 3
2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bilangan pecahan

3. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan skala dan perbandingan.
* Skala = ukuran pada gambar dibanding ukuran sebenarnya.
>>> catatan : pada perhitungan soal sebaiknya satuan panjang disamakan terlebih dahulu.
* Jika p : q = r : s maka berlaku
p=q∗r
s atau q= p∗s
r atau r= p∗s
q atau s=q∗r
p
4. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan jual beli
 Jika harga jual (J), harga beli (B), untung (U) dan perdagangan menghasilkan untung =
pu% dari pembelian maka :
J = B + U; B = J – U; U = J – B;
pu = J−B
B ∗100% ; J =B pu∗B
100 ; B = J ∗100
100 pu
 Jika harga jual (J), harga beli (B), rugi (R) dan perdagangan menderita kerugian = pr %
dari pembelian maka :
J = B – R; B = J + R; R = B – J;
pr = B−J
B ∗100% ; J =B− pr∗B
100 ; B = J ∗100
100− pr
5. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbankan dan koperasi :
Jika jumlah tabungan (T); persentase bunga (p%) per tahun; lama menabung (y) tahun atau (m)
bulan dan besar bunga (B), maka berlaku :
Jumlahtabungan setelah y tahun =T  p∗T ∗y
100
Rumus-rumus Matematika 1 Sesuai SKL UN 2010
Jumlahtabungan setelah mbulan=T  p∗T ∗m
12∗100
Jumlahbunga tabungan yang diterima setelah  y tahun= p∗T ∗y
100
Jumlahbunga tabungan yang diterima setelah mbulan = p ∗T ∗m
12∗100
Jika diketahui tabungan awal (TA) dan setelah (y) tahun tabungan menjadi TB, maka :
 Jumlah bunga yang diterima setelah (y) tahun = TB – TA.
 Persentase bunga pertahun = TB −TA
y ∗TA ∗100%
 Persentase bunga perbulan = TB−TA
12∗y∗TA ∗100%
Jika diketahui tabungan awal (TA) dan setelah (m) bulan tabungan menjadi TB, maka :
 Jumlah bunga yang diterima setelah (m) bulan = TB – TA.

Persentase bunga pertahun =
TB −TA∗12
m∗TA ∗100%
 Persentase bunga perbulan = TB −TA
m∗TA ∗100%
6. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan barisan bilangan
 Barisan bilangan aritmetika dengan suku pertama (a) dan selisih antar suku (b) :
a , a+b , a+2b , a+3b, ...
Beda = U2 – U1 = U3 – U2 = Un – Un-1
Suku ke-n = a + (n-1)b
Jumlah n suku yang pertama =a Unn2
 Barisan bilangan geometri dengan suku pertama (a) dan rasio antar suku (r), berlaku :
a , a.r , a.r2 , a.r3 , ...
Rasio =

Suku ke – n = a.rn-1
 Barisan bilangan asli ganjil : 1, 3, 5, 7, 9, ...
Suku ke-n = 2n – 1
Jumlah n suku yang pertama = n 2
 Barisan bilangan asli genap : 2, 4, 6, 8, 10, ...
Suku ke – n = 2n
Jumlah n suku yang pertama = n(n + 1)
 Bilangan persegi : 1, 4, 9, 16, ...
Suku ke – n = n 2
 Bilangan persegi panjang : 2, 6, 12, 20, ...
Suku ke – n = n(n+1)
 Bilangan segitiga : 1, 3, 6, 10, ...
Suku ke – n = ½ n(n + 1)
 Bilangan segitiga Pascal :
Jumlah bilangan baris ke – n = 2 n – 1
Rumus-rumus Matematika SMP 2 Sesuai SKL UN 2010
1
1 2 1
1 3 3 1
1 4 6 4 1
1 5 10 10 5 1
Jumlah n suku yang pertama = a r n− 1
p−1
SKL Nomor 2 : Memahami operasi bentuk aljabar, konsep persamaan dan pertidaksamaan linear,
persamaan garis, himpunan, relasi, fungsi, sistem persamaan linear, serta menggunakannya dalam
pemecahan masalah.
1. Mengalikan bentuk aljabar.
3 * a = 3a a * a = a2 a2 * a3 = (a*a)*(a*a*a) = a5 2a3 * 4a2 = 2*4*a3*a2 =
8a5
2. Menghitung operasi tambah, kurang, kali, bagi atau kuadrat bentuk aljabar
Penjumlahan dan pengurangan (khusus pada suku sejenis = suku dengan variabel sama) :
a + a = 2a 2a – 3a = (2 – 3)a = -1a
2a + 2b + 4a = 6a + 2b 2a2 + 3a3 - 5a2 = -3a2 + 3a3
Perkalian pada bentuk aljabar dengan suku lebih dari satu :
a x b = ab a x –b = -ab -a x b = - ab -a x –b = ab
a x a = a2 a x ab = a2b b x ab = ab2 a2b x ab3 = a3b4
a(b + c) = ab + ac a(b – c) = ab – ac
(a + b)(c + d) = a(c + d) + b(c + d) = ac + ad + bc + bd
Pembagian pada bentuk aljabar :
a5 : a2 = a3 8a4 : 4a2 = (8 : 4)(a4 : a2) = 2a2
Pengkuadratan bentuk aljabar :
(3a)2 = (32)(a2) = 9a2 (2a4b3)2 = (22)(a4)2(b3)2 = 4a8b6
(a + b)2 = (a + b)(a + b) = a(a + b) + b(a + b) = a2 + ab + ab + b2 = a2 + 2ab + b2
(a – b)2 = (a – b)(a – b) = a(a – b) + b(a – b) = a2 – ab + ab – b2 = a2 - b2
3. Menyederhanakan bentuk aljabar dengan memfaktorkan
Bentuk soal Bentuk hasil pemfaktoran Keterangan
Bentuk aljabar dengan FPB
1. ab + ac a(b + c) a adalah FPB dari ab dan ac
2. ab – ac a(b – c) a adalah FPB dari ab dan ac
Bentuk aljabar ax2 + bx + c
1. ax2 + bx + c (px + r)(qx + s) p*q = a r*q + p*s = b
r*s = c
2. ax2 - bx + c (px - r)(qx - s) p*q = a -r*q + p*-s = -b
-r*-s = c
3. ax2 - bx - c (px - r)(qx + s) p*q = a -r*q + p*s = -b
-r*s = -c
Bentuk aljabar selisih dua kuadrat
a2 - b2 (a + b)(a – b)
4. Menentukan irisan atau gabungan dua himpunan dan menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan irisan atau gabungan dua himpunan.
Diketahui dua himpunan A dan B, maka berlaku :
- Himpunan Bagian :
o Himpunan A dikatakan sebagai himpunan bagian dari himpunan B Þ “A Ì B” jika
semua/setiap anggota himpunan A merupakan anggota himpunan B.
o Himpunan A dikatakan bukan himpunan bagian dari himpunan B Þ “A Ë B” jika
terdapat satu atau lebih anggota himpunan A yang bukan merupakan anggota
Rumus-rumus Matematika 3 Sesuai SKL UN 2010
himpunan B.
o Setiap himpunan A merupakan himpunan bagian dari himpunan A itu sendiri Þ “A
Ì A”
o Jika n(A) adalah banyaknya anggota himpunan A, maka banyaknya himpunan
bagian yang mungkin dari himpunan A = 2n(A)
- Hubungan antara dua himpunan :
o Himpunan A dan himpunan B dikatakan saling lepas atau saling asing jika tidak ada
anggota persekutuan antara himpunan A dan B.
o Himpunan A dan himpunan B dikatakan saling berpotongan (tidak saling lepas) jika
A dan B mempunyai anggota persekutuan, dan terdapat anggota A yang bukan
anggota B dan terdapat anggota B yang bukan anggota A
o Himpunan A sama dengan himpunan B ® “A = B” jika anggota A tepat sama
dengan anggota B
o Himpunan A ekuivalen dengan himpunan B jika banyaknya anggota A sama dengan
banyaknya anggota B.
- Operasi Himpunan :
o Irisan himpunan A dan himpunan B Þ “A Ç B” adalah sebuah himpunan baru yang
anggotanya adalah anggota A yang sekaligus menjadi anggota B
 Jika A Ì B maka A Ç B = A
 Jika A = B maka A Ç B = A atau A Ç B = B
o Gabungan himpunan A dan himpunan B Þ “A È B” adalah sebuah himpunan baru
yang anggotanya adalah semua anggota A dan semua anggota B yang bukan anggota
A Ç B.
 A È B = {x/x Î A atau x Î B}
 Jika A Ì B maka A È B = B
 Jika A = B maka A È B = A = B
 Jika n(A) adalah banyaknya anggota himpunan A, n(B) = banyaknya anggota
himpunan B, dan n(A Ç B) = banyaknya anggota A irisan B, maka
banyaknya anggota A gabungan B adalah :
n(A È B) = n(A) + n(B) - n(A Ç B)
o Selisih (defference) himpunan A dan himpunan B Þ “A - B” atau “A\B” adalah
himpunan baru yang anggotanya adalah anggota himpunan A yang bukan anggota
himpunan B.
 A - B ={ x/x Î A atau x ÏB}
 B - A ={ x/x Î B atau x ÏA}
o Komplemen himpunan A adalah suatu himpunan baru yang anggota-anggotanya
merupakan anggota himpunan Semesta (S) tetapi bukan anggota A.
 Ac = A¢ = { x/x Î S dan x ÏA}
o Sifat-sifat operasi dua himpunan
 Pada irisan dua himpunan
AÇB = BÇA (komutatif)
AÇ(BÇC) = (AÇB)ÇC (Assosiatif)
AÇA = A AÇÆ = Æ AÇS = A (identitas)
 Pada gabungan dua himpunan
Rumus-rumus Matematika SMP 4 Sesuai SKL UN 2010
AÈB = BÈC (komutatif)
AÈ(BÈC) = (AÈB)ÈC (Assosiatif)
AÈA = A AÈÆ = A AÈS = S (identitas)
 Distributif irisan terhadap gabungan
AÇ(BÈC) = (AÇB)È(AÇC)
 Distributif gabungan terhadap irisan
AÈ(BÇC) = (AÈB)Ç(AÈC)
 Sifat komplemen
AÈAc = S AÇAc = Æ AcÇS = Ac (Ac)c = A
 Hukum De Morgan
(AÈB)c = Ac Ç Bc (A Ç B)c = Ac È Bc
5. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan relasi dan fungsi.
− Relasi antara himpunan A dan B adalah pemasanagan anggota himpunan A dengan anggota
himpunan B berdasarkan aturan tertentu.
− Relasi dapat disajikan dengan : (1) diagram panah, (2) diagram kartesius, (3) himpunan
pasangan berurutan.
− Pemetaan atau fungsi adalah relasi dari himpunan A ke B yang memasangkan setiap anggota A
dengan tepat satu anggota B.
− Syarat-syarat pemetaan dan fungsi :
◊ Pada diagram Panah :
» Semua anggota A mempunyai pasangan di B, dan
» Tidak ada satupun anggota A yang berpasangan dengan lebih dari satu anggota B
◊ Pada diagram kartesius :
» Semua anggota A mempunyai pasangan di B (ditandai dg titik koordinat)
» Tidak ada dua atau lebih titik koordinat yang yang segaris vertikal (keatas)
◊ Pada himpunan pasangan berurutan :
» Semua anggota A ditulis sekali pada setiap pasangan.
Contoh Pemetaan Contoh bukan pemetaan
1. a. b.
Pada contoh (a) berlaku :
{1,2,3} disebut domain (daerah asal)
{a,b,c,d} disebut kodomain (daerah kawan}
(a,c,d} disebut range (daerah hasil)
2.
3. {(1,a) , (2,c) , (3,c)} {(1,a) , (1,c) , (2,b) , (3,d)}
Rumus-rumus Matematika 5 Sesuai SKL UN 2010

− Notasi pemetaan/fungsi :
◊ Sebuah fungsi f memasangkan setiap x anggota A dengan y anggota B dituliskan notasinya
adalah f : x ® y dibaca “ fungsi “f memetakan x ke y”. y disebut bayangan atau peta dari x
oleh fungsi f atau dapat ditulis dalam bentuk rumus f(x) = y.
− Jika banyaknya anggota A adalah n(A) dan banyaknya anggota B adalah n(B) maka banyaknya
pemetaan yang mungkin dibuat dari A ke B adalah = n(B)n(A) dan banyaknya pemetaan yang
mungkin dibuat dari B ke A adalah = n(A)n(B)
− Korespondensi satu-satu antara himpunan A dan B adalah jika setiap anggota A mempunyai
pasangan hanya satu anggota B dan setiap anggota B hanya berpasangan dengan satu anggota
A.
− Jika n(A) = n(B) = k maka banyaknya korespondensi satu-satu yang mungkin dibuat dari A ke
B adalah = 1 x 2 x 3 x 4 x ... x k
6. Menentukan gradient, persamaan garis dan grafiknya.
– Gradien adalah ukuran kemiringan sebuah garis terhadap garis mendatar (horisontal). Jika
sebuah garis membentuk sudut a dengan garis mendatar maka gradien garis tersebut = tg a atau
m =
komponen y
komponen x
 Jika sebuah titik A(x1 , y1) dan B (x2 , y2) maka gradien garis yang melalui titik A dan B
adalah mAB =
y2−y1
x2−x1
 Jika diketahui sebuah garis mempunyai persamaan ® y = ax + b maka gradien garis itu
adalah m = a ==>>> tips menentukan gadien jika dalam soal diketahui sebuah persaman
garis adalah mengubah persamaan garis itu sehinnga berbentuk y = ax + b.
– Persamaan garis :
 Persamaan garis yang melalui titik P(x1 , y1) dan mempunyai gradien m mempunyai
persamaan ==>>> y – y1 = m(x – x1)
 Persamaan garis yang melalui titik A(x1 , y1) dan B (x2 , y2) adalah ==>>
y−y1
y2−y1
=
x−x1
x2−x1
 Jika garis k sejajar dengan garis l maka gradien kedua garis sama besar. ==>>> mk = ml
 Jika garis a tegak lurus dengan garis b maka perkalian gradien garis itu sama dengan -1
==>>>> ma x mb = - 1
 Menentukan persamaan garis yang sejajar dengan garis y = ax + b dan melalui titik A(x1 ,
y1) ==>>>> y – y1 = a(x – x1)
 Menentukan persamaan garis yang tegak lurus dengan garis y = ax + b dan melalui titik
A(x1 , y1) ==>>>> y – y1 = −1
a (x – x1)
7. Menentukan penyelesaian system persamaan linear dua variable.
Contoh Soal :
Amir membeli 2 kg gula dan 3 kg terigu dengan harga Rp. 16.000,- Agung membeli 3 kg gula
dan 4 kg terigu di toko yang sama dengan harga Rp. 23.000,- Berapa harga 1 kg gula dan 1 kg
terigu di toko itu?
Jawab :
− Dengan metode/cara eliminasi :
6x + 3y = 36 000 |x 1| 6x + 3y = 36 000
3x + 4y = 23 000 |x 2| 6x + 8y = 46 000 _
Rumus-rumus Matematika SMP 6 Sesuai SKL UN 2010
0 – 5y = –10 000
y = – 10 000 / 5
y = 2 000
6x + 3y = 36 000 |x 4| 24x + 12y = 144 000
3x + 4y = 23 000 |x 3| 9 x + 12y = 69 000 _
15x + 0 = 75 000
x = 75 000 / 15
x = 5 000
 dengan cara/metode substitusi :
(i) 6x + 3y = 36 000 <=> 6x = 36 000 – 3y
x = 36 000−3y
6
x = 6 000 – ½y
(ii) 3x + 4y = 23 000 <=> 3(6 000 – ½y) + 4y
= 23 000
18 000 – 3/2 y + 4y = 23 000
– 3/2 y + 4y = 23 000 – 18 000
−38
2
y= 5 000
52
y =5 000
y= 5 000∗ 2
5 =2 000
 Dengan cara/metode grafik :
 Gambar garis berdasarkan persamaan (1) dan (2) pada koordinat kartesius.
 Penyelesaian adalah koordinat titik potong kedua garis.
 Dengan metode gabungan antara eliminasi dan substitusi :
 Lakukan eliminasi terhadap salah satu variabel hingga diperoleh nilai variabel itu.
 Nilai variabel yang telah diperoleh kemudian disubstitusikan pada salah satu persamaan
hingga diperoleh nilai variabel yang lain.
Rumus-rumus Matematika 7 Sesuai SKL UN 2010
Langkah-langkah :
1. Tentukan variabel yg akan dihilangkan.
2. Jika koefisien variabel yg akan dihilangkan
belum sama, samakan terlebih dahulu dengan
cara mengalikan dengan suatu bilangan.
3. Perhatikan tanda + atau ─ pada variabel yg
akan dihilangkan, jika kedua variabel itu
bertanda sama ==> “+ dan +” atau “–
dan –“ maka kedua persamaan harus di
kurang, jika tandanya berbeda ==> “+ dan
–“ atau “– dan +” maka kedua persamaan harus
di tambah.
4. Selesaikan dan ulangi lagi untuk variabel yg
lain.
SKL Nomor 3 : Memahami bangun datar, bangun ruang, garis sejajar, dan sudut, serta
menggunakannya dalam pemecahan masalah.
1. Menyelesaikan soal dengan menggunakan teorema Pythagoras
 Teorema Pythagoras : “kuadrat hipotenusa (sisi terpanjang) suatu segitiga siku-siku
sama dengan jumlah dari kuadrat sisi-sisi yang lain”
Perhatikan gambar disamping, rumus Pythagoras yang
berlaku berdasarkan gambar disamping adalah :
a. sudut B ® sudut siku-siku
b. sisi AC ® sisi di depan sudut siku-siku merupakan sisi
terpanjang (hipotenusa)
c. Rumus Pythagoras :
AC2 = AB2 + BC2 atau b2 = c2 + a2
Dari rumus tersebut dapat diperoleh rumus lain :
AB2 = AC2 - BC2 atau c = b2 - a2
BC2 = AC2 - AB2 atau a2 = b2 - c2
 Tripel Pythagoras : “pasangan tiga buah bilangan dimana kuadrat bilangan terbesar sama
dengan jumlah kuadrat dua bilangan yang lain”, jadi misannya p,q, r merupakan tripel
Pythagoras dan p merupakan bilangan terbesar maka berlaku :
p2 = q2 + r 2 ® p = q2 - r 2
2. Menghitung luas bangun datar
Nama Bangun Rumus Luas dan Keliling
A B
D C
Persegi Panjang :
L = AB x BC K = 2( p + l)
= p x l
p = panjang
l = lebar
Bujursangkar / Persegi
L = AB x BC K = 4 x s
= s x s
= s 2
s = panjang sisi
Segitiga
L = ½ x Alas x Tinggi
= ½ x a x t
K = AB + BC + AC
Rumus-rumus Matematika SMP 8 Sesuai SKL UN 2010


Jajar genjang
L = alas x tinggi
K = 2( AB + BC)
A p B
tinggi
D q C
Trapesium
L = ½ x t x jumlah sisi yang sejajar
L = ½ x t x ( p + q)
K = AB + BC + CD + AD

Belah ketupat
L = ½ x BD x AC
L = ½ x d1 x d2
K = 2 (AB + BC)
d1 = diagonal pertama
d2 = diagonal kedua
Layang-layang
L = ½ x DB x AC
L = ½ x d1 x d2
K = 2(AB + CD)
d1 = diagonal pertama (DB)
d2 = diagonal kedua (AC)
r
Lingkaran
L = pr2 K = 2pr
p = 22/7 atau 3,14
r = jari-jari lingkaran
3. Menghitung keliling bangun datar dan penggunaan konsep keliling dalam kehidupan seharihari
 Satu kali putaran roda = keliling roda
4. Menghitung besar sudut pada bidang datar
 Persegipanjang dan persegi
· Jumlah besar keempat sudutnya = 360°
· Dua sudut yang berhadapan sama besar = 90°
 Segitiga
· Jumlah besar ketiga sudutnya = 180°
 Jajargenjang
Rumus-rumus Matematika 9 Sesuai SKL UN 2010
A
D B
C
· Jumlah besar keempat sudutnya = 360°
· Dua pasang sudut yang berhadapan sama besar
· Dua pasang sisi yang berdekatan jumlahnya = 180°
 Trapesium
· Jumlah besar keempat sudutnya = 360°
· Ð ADC+ Ð DAB = 180° dan Ð ABC + ÐBCD = 180°
 Belah ketupat
· Jumlah besar keempat sudutnya = 360°
· Dua pasang sudut yang berhadapan sama besar
 Layang-layang
· Jumlah besar keempat sudutnya = 360°
· Sepasang sudutnya sama besar ® ÐDAB = ÐDCB
5. Menghitung besar sudut yang terbentuk jika dua garis berpotongan atau dua garis sejajar
berpotongan dengan garis lain.
Hubungan antara dua sudut :
 bertolak belakang : Ð 1 = Ð 3; Ð 2 = Ð 4 Sehadap : Ð 5 = Ð 9, Ð 6 = Ð 10, Ð 8 = Ð 12
 berpelurus : Ð 1 + Ð 2 = 180°; Ð 7 = Ð 11
Ð 2 + Ð 3 = 180°; Ð 3 + Ð 4 = 180° Dalam sepihak : Ð 7 + Ð 10 = 180°
Ð 4 + Ð 1 = 180° Ð 8 + Ð 9 = 180°
 berpenyiku : Ð a + Ð b = 90° Luar sepihak : Ð6 + Ð 11 = 180°
Ð 5 + Ð 12 = 180°
Dalam berseberangan : Ð 7 = Ð 9; Ð 8 = Ð 10
Luar berseberangan : Ð 6 = Ð12; Ð5 = Ð11
6. Menghitung besar sudut pusat dan sudut keliling pada lingkaran
Þ Sudut pusat pada sebuah lingkaran adalah sudut yang terbentuk dari dua buah jari-jari
lingkaran dengan titik sudutnya adalah titik pusat lingkaran.
Þ Sudut keliling adalah sudut pada lingkaran yang terbentuk dari
dua buah tali busur yang berpotongan tepat pada keliling
lingkaran.
Sudut AOB (ÐAOB) adalah sudut pusat dengan titik sudut O (O
juga sebagai titik pusat lingkaran)
Sudut DCE (Ð DCE) adalah sudut keliling dengan titik sudut C
yang berada pada keliling lingkaran
Þ Hubungan antara sudut pusat dan sudut keliling : “Besarnya sudut pusat sama dengan dua
Rumus-rumus Matematika SMP 10 Sesuai SKL UN 2010

kali besarnya sudut keliling yang menghadapi busur yang sama” atau “ Besarnya sudut
keliling sama dengan setengah kali besar sudut pusat yang menghadapi busur yang sama”
Þ Contoh :
Perhatikan gambar disamping :
Ð AOB ® sudut pusat menghadapi busur AB
Ð ACB ® sudut keliling menghadapi busur AB, karena kedua sudut
menghadapi busur yang sama yaitu busur AB maka berlaku :
◊ Ð AOB = 2 x Ð ACB; atau
◊ Ð ACB = ½ x Ð AOB
Þ Sifat sudut keliling :
◊ Sebuah sudut keliling yang menghadapi diameter lingkaran merupakan sudut siku-siku
(90°)
◊ Dua sudut keliling yang menghadapi busur yang sama adalah sama besar.
Þ Segiempat talibusur adalah segiempat yang terbentuk dari empat buah tali busur yang
berpotongan pada keliling lingkaran.
Þ Sifat-sifat segiempat talibusur :
◊ Jumlah besar dua sudut yang berhadapan pada segiempat talibusur
sama dengan 180° ==> ÐABC + Ð ADC = 180°; Ð DAB + Ð BCD
= 180°
◊ Hasil kali diagonal-diagonalnya sama dengan jumlah perkalian sisisisi
yang berhadapan (sifat Ptolomeus) ==> AC x BD = (AB x CD) +
(AD x BC)
◊ Hasil kali bagian-bagian diagonalnya sama ==> AE x EC = DE x EB
Þ Sudut antara dua tali busur :
Þ Sudut dalam adalah sudut yang terbentuk karena dua tali busur
berpotongan di dalam daerah lingkaran. Besarnya sudut dalam sama
dengan jumlah dua sudut keliling yang menghadapi busur yang terletak
diantara kaki-kaki sudutnya.
◊ Talibusur AB berpotongan dengan talibusur CD di titik E yang
terletak di dalam daerah lingkaran, maka sudut CEB dan sudut AED
disebut sudut dalam. Karena kedua sudut saling bertolak belakang
maka besar kedua sudut sama.
◊ Ð CEB ==> sudut dalam menghadapi busur CB
Ð AED ==> sudut dalam menghadapi busur AD
Ð CDB ==> sudut keliling menghadapi busur CB
Ð ABD ==> sudut keliling menghadapi busur AD, maka berlaku :
Ð CEB = Ð AED = Ð CDB + Ð ABD
Þ Sudut luar adalah sudut yang terbentuk karena dua tali busur
berpotongan di luar daerah lingkaran. Besarnya sudut luar
sama dengan selisih dua sudut keliling yang menghadapi
busur yang terletak diantara kaki-kaki sudutnya.
◊ Talibusur AB berpotongan dengan talibusur CD di titik E
yang terletak di luar daerah lingkaran, maka sudut AED
dan sudut BEC disebut sudut luar. Karena kedua sudut
berimpit maka besar kedua sudut sama.
◊ Ð BEC ==> sudut luar menghadapi busur BC
Rumus-rumus Matematika 11 Sesuai SKL UN 2010

Ð AED ==> sudut luar menghadapi busur AD
Ð CDB ==> sudut keliling menghadapi busur BC
Ð ABD ==> sudut keliling menghadapi busur AD, maka berlaku :
Ð BEC = Ð AED = Ð ABD - Ð BDC
7. Menyelesaikan masalah dengan menggunakan konsep kesebangunan
 Gambar dan model berskala, foto dan peta
skala = jarak pada peta
jarak sebenarnya
panjang pada model / gbr / foto
panjang sebenarnya =lebar padamodel / gbr/ foto
lebar sebenarnya =tinggi padamodel / gbr/ foto
tinggi sebenarnya
 Bangun-bangun yang sebangun
 Syarat dua bangun yang sebangun :
■ Sudut-sudut yang bersesuaian sama besar
■ Sisi-sisi yang bersesuaian sebanding.
 Syarat dua segitiga yang sebangun :
■ Ketiga sisi yang bersesuaian pada kedua segitiga
sebanding (S, S, S)
■ Dua sudut yang bersesuaian pada kedua segitiga
sama besar (Sd, Sd)
■ Satu sudut sama besar dan dua sisi yang mengapit
sudut itu sebanding (S, Sd, S)
 Jika terdapat dua segitiga sebangun maka perbandingan
ketiga sisi yang bersesuaian sebanding. Contoh ==> jika
segitiga ABC dan segitiga PQR sebangun maka berlaku :
AB
PQ=BC
QR= AC
PR
 Rumus-rumus dalam segitiga siku-siku
■ KM2 = KL2 + LM2 (teorema pythagoras)
■ LN2 = KN x NM
■ LM2 = MN x MK
■ KL2 = KN x KM
8. Menyelesaikan masalah dengan menggunakan konsep kongruensi
 Sifat kongruensi :
Jika dua bangun datar sisi lurus kongruen maka :
 Sisi-sisi yang bersesusian pada kedua bangun datar sama panjang.
 Sudut-sudut yang bersesuaian pada kedua bangun datar sama besar.
 Syarat dua segitiga kongruen :
 Ketiga sisi yang bersesuaian pada kedua segitiga sama panjang (S, S, S)
 Terdapat satu sudut pada kedua segitiga sama besar dan dan dua sisi yang mengapit sudut
itu pada kedua segitiga sama panjang. (S, Sd, S)
 Terdapat dua sudut pada kedua segitiga sama besar dan satu sisi pada kedua segitiga sama
panjang. (Sd, S, Sd)
Rumus-rumus Matematika SMP 12 Sesuai SKL UN 2010

9. Menentukan unsur-unsur bangun ruang sisi datar
 Kubus
 Mempunyai 12 rusuk yang sama panjang yaitu AB=BC=CD=
AD=AE=EF=BF=CG=GH=DH=EH=AD
 Mempunyai 12 diagonal sisi yang sama panjang yaitu : AC=BD=
AF=BE=AH=DE=DG=CH=BG=CF=EG=FH
 Mempunyai 4 diagonal ruang yang sama panjang yaitu :
AG=HB=CE=DF
 Mempunyai 8 titik sudut.
 Mempunyai 6 buah sisi yang berbentuk persegi yaitu : ABCD, ABFE, ADHE, DCGH,
BCFG, dan EFGH.
 Balok.
 Mempunyai 12 rusuk yaitu AB=CD=EF=GH;
AD=BC=FG=EH; AE=BF=CG=DH
 Mempunyai 12 diagonal sisi yaitu : AC=BD=EG=HF;
AF=BE=CH=DG; BG=CF=AH=DE
 Mempunyai 4 diagonal ruang yang sama panjang yaitu :
AG=HB=CE=DF
 Mempunyai 8 titik sudut.
 Mempunyai 6 buah sisi yaitu : ABCD @ EFGH, ABFE @ DCGH, BCGF @ ADHE.
 Prisma
Nama dari prisma tergantung pada bentuk alasnya. Prisma dengan alas
segi-n maka :
 banyaknya rusuk = 3 x n
 banyaknya sisi = n + 2
Contoh prisma segitiga.
 Banyaknya rusuk = 3 x 3 = 9, yaitu AB, BC, AC, AD, BE, CF, DE,
EF, DF.
 Banyaknya sisi = 3 + 2 = 5, yaitu ABC (alas), ABDE, BCEF,
ACFD, DEF (tutup)
 Banyaknya diagonal sisi = 6 yaitu AE = BD; AF = CD; BF = AE
 Limas
Nama limas tergantung pada bentuk alasnya. Jika limas mempunyai
alas segi-n maka namanya adalah limas segi-n dan mempunyai rusuk
sebanyak 2 x n, mempunyai sisi sebanyak n + 1.
Contoh limas segi-4 :
 Banyaknya rusuk = 2 x 4 = 8, yaitu : AB, BC, CD, AD, AT, BT,
CT, DT
 Banyaknya sisi = 4 + 1 = 5, yaitu : ABCD (alas), ABT, BCT,
CDT, ADT
 TE disebut tinggi limas
 Kerucut
Kerucut adalah limas dengan alas berupa lingkaran.
 T disebut titik puncak kerucut.
 AB disebut diameter alas kerucut (d)
 AC = CB disebut jari-jari alas kerucut (r)
Rumus-rumus Matematika 13 Sesuai SKL UN 2010

 TC disebut tinggi kerucut
 TA = TB disebut garis pelukis (s)
10. Menentukan jaring-jaring bangun ruang
 Jaring-jaring adalah rangkaian sisi-sisi dari sebuah bangun ruang yang dapat disusun kembali
menjadi bentuk bangun ruang tersebut secara berurutan.
Bentuk bangun ruang Contoh salah satu jaring-jaring bangun ruang
Kubus :
Balok :
Prisma segitiga :
Limas segi-4 :
Kerucut :
Rumus-rumus Matematika SMP 14 Sesuai SKL UN 2010

11. Menghitung volume bangun ruang sisi datar dan sisi lengkung
12. Menghitung luas permukaan bangun ruang sisi datar dan sisi lengkung
Bentuk bangun ruang Rumus Volume dan Luas Permukaan
Kubus : Volume = s x s x s = s3
Luas permukaan = 6 x s2
s ==> panjang rusuk
Balok : Volume = p x l x t
Luas permukaan = (2xpxl) + (2xpxt)+(2xlxt)
= 2(pl + lt + pt)
p ==> panjang; l ==> lebar; t ==> tinggi
Prisma segitiga : Volume = Luas alas x tinggi
Luas permukaan = (2 x L alas)+(K alas x t)
L alas ==> Luas alas (tergantung bentuk alas)
K alas ==> Keliling alas (tergantung bentuk alas)
t ==> tinggi Prisma
Limas segi-4 : Volume = 1/3 x L alas x t
Luas Permukaan = L alas+LTBC+LTCD+LTAD+LTAB
L alas ==> luas alas tergantung bentuk alas
L TBC ==> luas segitiga TBC
L TCD ==> luas segitiga TCD
L TAD ==> luas segitiga TAD
L TaB ==> luas segitiga TAB
L segitiga = ½ x alas segitga x tinggi segitiga
Kerucut : Volume = 1/3 x pr2 x t
Luas permukaan = L alas + L Selimut
= pr2 + prs
= pr(r + s)
Luas selimut = prs
p ==> 22/7 atau 3,14
r ==>jari-jari alas kerucut
s ==> garis pelukis
t ==> tinggi kerucut
Rumus-rumus Matematika 15 Sesuai SKL UN 2010

SKL Nomor 4 : Memahami konsep dalam statistika, serta menerapkannya dalam pemecahan
masalah.
1. Menentukan ukuran pemusatan dan menggunakan dalam menyelesaikan masalah seharihari
➢ Ukuran pemusatan
 Rerata rata−rata ataumean= jumlahdata
banyaknyadata
 Modus adalah data yang paling sering muncul, sekelompok data, terdapat kemungkinan
lebih dari satu modus dalam sekelompok data.
 Median adalah data yang terletak ditengah-tengah dari sekelompok data yang telah
diurutkan.
2. Menyajikan dan menafsirkan data
 Pengertian
 Populasi : seluruh obyek yang ingin diteliti
 Sampel : bagian dari populasi yang dipilih secara acak sebagai obyek yang diambil data
penelitiannya. Biasanya penggunaan sampel dengan pertimbangan populasi terlalu besar
jika diteliti secara menyeluruh. Pengambilan sampel harus dilakukan secara acak agar
sampel dapat benar-benar mewakili populasi penetilian.
 Penyajian data hasil penelitian
 Tabel frekuensi adalah tabel yang menyajikan banyaknya data (frekuensi) setiap data hasil
penelitian.
 Diagram batang adalah sebuah diagram yang menggambarkan data hasil penelitian dengan
menggunakan persegipanjang. Banyaknya data digambarkan dengan panjangnya
persegipanjang yang disajikan.
 Diagram garis adalah diagram yang berupa garis yang menghubungkan titik-titik koordinat
data hasil penelitian dengan banyaknya data tersebut.
 Diagram lingkaran adalah diagram berupa lingkaran yang dibagi menjadi juring-juring
lingkaran. Luas setiap juring menggambarkan banyaknya data hasil penelitian atau
persentasenya.
Contoh : Data pekerjaan orang tua siswa SDN 08 Jatiasih adalah PNS 25 orang, TNI/POLRI
= 20 orang; Wiraswasta = 15 orang; Pedagang = 30 orang; Petani = 10 orang.
Tabel Frekuensi :
Data Pekerjaan Orangtua Siswa
SDN 08 Jatiasih
Pekerjaan
orang tua
Frekuensi
PNS 25
TNI/POLRI 20
Wiraswasta 15
Pedangang 30
Petani 10
Jumlah 100
Diagram Batang
Rumus-rumus Matematika SMP 16 Sesuai SKL UN 2010

PNS TNI/
POLRI
Wira
swasta
Peda
gang
Petani
17
Diagram garis : Diagram Lingkaran
Perhitungan sudut pusat setiap juring Perhitungan Persentase :
 PNS ==> 25/100 x 3600 = 900 25/100 x 100% = 25%
 TNI / POLRI ==> 20/100 x 3600 = 720 20/100 x 100% = 20%
 Wiraswasta ==> 15/100 x 3600 = 540 15/100 x 100% = 15%
 Pedagang ==> 30/100 x 3600 = 1080 30/100 x 100% = 30%
 Petani ==> 10/100 x 3600 = 360 10/100 x 100% = 10%
Selamat belajar untuk masa depan yang cemerlang,
Tak ada cara belajar yang lebih baik selain mencoba dan terus mencoba